Tersembunyi di deretan gedung hasil konservasi di Kota Tua, Jakarta, Acaraki dengan perlahan menyebarkan cara menikmati jamu dengan cara yang modern. Caranya, menggunakan alat kopi. Tujuannya satu, menciptakan suguhan  jamu kekinian dan membuatnya kembali digemari masyarakat.

Jamu berasal dari kata djamoe, singkatan dalam bahasa sansekerta, yang terdiri dari djampi dan oesodo. Djampi berarti doa dan oesodo berarti kesehatan. Jadi, djamoe adalah obat untuk menyembuhkan dan meningkatkan kesehatan.

Jamu AcarakiKendati sudah dikenal secara turun temurun, pamor jamu terus menurun. Tak banyak anak milenial yang meracik minuman herbal sendiri. Alih-alih minum jamu, mereka tentunya lebih memilih minum kopi yang lebih kekinian dan lokasinya lebih instagramable.

Padahal, menurut catatan sejarah dalam kitab Madhawapura peninggalan kerajaan Majapahit, jamu saat itu merupakan minuman untuk keluarga kerajaan saja. Para raja meminumnya untuk menjaga kesehatan, sedangkan puteri keraton untuk merawat kecantikan.

Tak heran, posisi peracik jamu, yang disebut acaraki, sangatlah bergengsi kala itu. Konon, saat meraciknya, seorang acaraki harus berdoa, bahkan sampai berpuasa, untuk bisa menciptakan sebuah jamu.

Inovasi unik

Bisa dikatakan, jamu yang dikenal oleh kebanyakan orang saat ini hanya beras kencur dan kunyit asam. Dari sisa-sisa kejayaan itu, Acaraki berinovasi untuk memodernisasikan jamu.

Layaknya sebuah kopi, jamu yang disajikan di Acaraki menjadi lebih modern karena melalui proses yang hampir mirip dengan kopi. Bahan dasar jamu diproses juga dengan mesin roasting kopi, kemudian digiling dengan grinder kopi. Selanjutnya, tinggal dipilih ingin jamu yang kental atau yang light.

Jamu Acaraki

Jika light, para acaraki di sini menggunakan teknik V60. Jika ingin mencicipi jamu yang lebih kental, ada french press. Belakangan, Acaraki berinovasi lebih jauh dengan mencampurkan bahan lain, seperti susu, soda, bahkan es krim. Sangat kekinian.

Menariknya, setiap bahan dasar jamu ini punya aroma dan rasa yang berbeda tergantung tempat menanamnya. Jamu ternyata juga punya flavor wheel layaknya kopi.

Menu kekinian

Mengusung tagline Jamu New Wave, Acaraki tentunya harus menampakkan kekinian itu dalam menunya. Menu Golden Sparking misalnya. Kita bisa menikmati bagaimana kunyit asam kental dipadukan dengan soda, es batu, dan gula. Rasanya? Sangatlah unik. Rasa kunyit asam kuat tetap terasa di tengah soda dan gula.

Jika, di kedai kopi ada caffe latte atau kopi susu, Acaraki juga punya Saranti, paduan beras kencur dengan susu segar. Rasa beras kencur yang sedikit pedas dan pahit, bercampur dengan manisnya gula dan susu. Bisa disajikan dingin ataupun panas. Bagi para peminum “pemula” jamu, Saranti pas sekali untuk dipilih. Rasa beras kencur yang sedikit pedas dan pahit, bercampur dengan manisnya gula.

Pihak Acaraki terus berinovasi untuk menyajikan beragam menu. Ke depannya, mereka berharap bisa menyajikan menu tidak hanya beras kencur dan kunyit asam. Sayangnya, untuk menu makanan, Acaraki tidak menyediakan makanan utama.

Menunggangi momentum

Dengan konsep interior bertema industrial yang lebih berkesan homey, Acaraki memang berusaha memanfaatkan momentum kebangkitan kopi.

Mereka berharap, jamu bisa dikenal lebih luas lagi, tidak hanya untuk warga lokal tapi juga warga internasional.

Acaraki juga kerap mengadakan kelas Jamu untuk memperkenalkan asal usul jamu dan bagaimana cara membuat jamu. Acaraki menyebarkannya baru sebatas melalui Instagram.

Berlokasi di pusat wisata sejarah, Kota Tua, Acaraki berusaha membuktikan bahwa minuman tradisional bisa menjadi lebih modern dan diterima banyak orang. Perlahan tapi pasti, jamu dipersiapkan untuk kembali menjadi minuman ikonis Indonesia dan anak muda pun bangga menyesap produk jamu yang kekinian.

Foto-foto : Iklan Kompas/Iwan Andryanto

ACARAKI

Gedung Kerta Niaga 3.
Kawasan Kota Tua
Jalan Pintu Besar Utara No 11
Pinangsia. Tamansari. Jakarta – 11110

081298609688

  • AC
  • Wi-Fi
  • Area parkir
  • Pembayaran elektronik
  • Tidak ada makanan utama

Senin-Minggu, 10.00 – 22.00 WIB

Berdua Rp 70.000 (rata-rata)